Jumat, 25 November 2011

Iron scupture art by Timbul Raharjo

Modern scupture Timbul Raharjo

PENGEMBANGAN KEMITRAAN GLOBAL UNTUK PEMBANGUNAN: SEBUAH PENEGEMBANGAN LALUNTAS KREATIVITAS PADA INDUSTRI SENI KERAJINAN INDONESIA GUNA MENANGKAP PELUA

A. Pendahuluan
Pengembangan lalulintas kreativitas dibeberapa Negara di Asia telah diaplikasi sebagai pola pembinaan untuk memunculkan inovasi dalam berbagai bidang. Vietnam sangat baik dalam menerapkan system lalulintas kreativitas dalam pengembangan seni kerajinannya, didukung peran pemerintah dalam membantu regulasi dan fasilitasi. Hal ini, membuat Vietnam sebagai Negara berkembang memiliki daya saing tinggi. Lalulintas kreativitas merupakan istilah yang penulis munculkan, esensi dari system itu adalah upaya menyelaraskan jalur komonikasi jaringan kreativitas dengan industry seni kerajinan Indonesia. Sebab telah terjadi ketersumbatan antara creator seperti seniman, desainer, desainer, atau orang yang bertalenta tinggi dalam menciptakan karya kreatifnya, mereka jarang dihargai atas hasil kreativitasnya oleh para produsen. Meskipun telah tersedia undang-undang Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), namun seni kerajinan perkembangannya lebih dinamis dan lemah dalam aturan HAKI terutama produk baru yang berkarakter khusus. Perlindungan terhadap kreativitas seni kerajinan itulah sebagai pengembangan lalulintas kreativitas itu. Sebab penciptaan desain baru merupakan salah satu kekuatan pada seni kerajinan rakyat. Saat krisis global, pengembangan desain baru memiliki relevansi terhadap pasar. Sejak global krisis 2008, membuat beberapa industry seni kerajinan Indonesia mati suri teruma untuk pasar ekport.
Berkacamata dari perkembangan pasar industry seni kerajinan pada Trade Ekspo Indonesia (TEI) 2007, merupakan saat panen raya industry seni kerajinan Indonesia. Pameran internasioanl itu nilai transaksinya mencapai hampir 150 juta dolar AS, dan masih didominasi oleh produk furniture dan seni kerajinan yang mencapai transaksi 93, 61 juta dolar AS, dan produk glassware (barang pecah belah), keramik, serta produk plastik senilai 9,75 juta dolar AS. (Harian Pelita, 27 Oktober 2007) . Memang kemudian laporan panitia pada penyelenggaraan tahun berikutnya terus meningkat, namun apa yang dirasakan panitia dengan peserta berbeda. Hal ini terkait dengan munculnya krisis global pertengahan tahun 2008. Penyelenggaraan pameran selanjutnya menjadi malapetaka bagi industry seni kerajinan Indonesia. Buyer yang seyogianya datang ke Indonesia untuk berbisnis, beberapa mengurungkan niatnya akibat dari melemahnya daya beli pasar mereka.
Pameran TEI itu adalah salah satu event pameran internasional yang paling bergengsi dan telah menjadi ruang pamer para industry furniture seni kerajinan Indonesia. Kondisi ini sampai pertengahan 2011 masih terasa akibatnya, bahkan beberapa industry telah banyak mengurangi tenaga kerja. Kapan dan bagaiman cara keluar dari krisis masih terus diupayakan. Pasar terbesar seni kerajinan selama ini adalah eksport. Konsekwensi era global, utamanya ekspor non migas seperti produk industry seni kerajinan ini adalah persaingan perdagangan baik regulasi dalam negeri tujuan pasar dan produk sejenis dari Negara produsen.. Apa lagi pada perdagangan global muncul blok-blok yang mengatur system perdagangan setiap Negara untuk melindungi industry dalam negerinya . Hal inilah yang kemudian ikut memberi kemunduran pada indutri seni kerajinan itu. Disisi lain globalisasi memberikan akselerasi pertumbuhan ekonomi banyak Negara, namun jika terjadi perubahan-perubahan ditingkat global akan membawa dampak pada tingkat internal pada suatu Negara. Industri ini telah lama menjadi tumpuhan kegiatan ekonomi bagi sebagaian masyarakat Indonesia, dan sejak diselenggarakan TEI 43 tahun lalu daya tarik konsumen manca negara salah satunya adalah seni kerajinan.
Jaringan pasar global seperti Eropa, Amerika, Australia, Jepang, dan Afrika selatan adalah pasar yang paling potensial selama ini. Beberapa telah mengalihkan belanjanya ke Cina yang memiliki banyak ragam kerajianan bervariasi dan murah. Kekuatan seni krajinan Indonesia terletak pada bahan alam, sentuhan handmade, dan unique. Guna mempertahankan dan mengembangkan pasar disaat krisis global, yakni dengan menciptakan produk baru dengan sentuhan desain sesuai dengan trend yang berkembang dipasar itu. Diciptakan seni kerajinan dengan desain baru dari orang-orang yang kreatif dan memiliki kreativifas dalam mencipta desain baru . Perlindungan terhadap orang kreatif itu, adalah salah satu upaya keberlangsungan industry kreatif di Indonesia. Sebab seorang yang kreatif dalam menciptakan desain baru, belum tentu dapat melakukan produksi dalam jumlah masal dengan manajemen yang rumit.
B. Pengembangan Kreativitas Seni Kerajinan di Era Global.
1. Pengembangan Kreativitas
Kreativitas merupakan proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, bahkan hubungan antara gagasan dan konsep yang telah ada. Hasil pemikiran kreatif itu umumnya memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternative konsepsi sehari-hari dari kresativitas merupakan tindakan untuk membuat sesuatu yang baru atau berdaya cipta . Daya cipta atas kemampuan untuk mencipta sesuatu itulah yang membuat sesuatu tak berguna menjadi berdaya guna, sesuatu yang biasa menjadi luar biasa, bahkan yang belum ada menjadi ada. Dalam bidang seni kreativitas memegang peran yang sangat penting sebab kreatvitas menciptakan seni menjadi tolok ukur sang seniman seberapa jauh kreativitasnya dapat memberikan dampak terhadap dirinya maupun lingkungannya. Sebab daya kreativitas muncul sejak lahir dan juga dapat dipengaruhi oleh lingkungannya.
Dalam masyarakat orang yang memiliki kreativitas untuk melakukan hal baru untuk memberikan alternative baru, perubahan baru, dan inovasi baru, tidak mudah ditemukan. Banyak orang yang sebenarnya kreatif, namun tidak pernah menggunakan daya kreativitasnya atau bahkan tidak sadar bahwa dirinya kreatif. Dalam pendidikan, Fajar Sidik seorang dosen seni lukis ISI Yogyakarta, pernah memprovokasi mahasiswanya untuk tidak selalu terpancang pada eksplorasi seni lukis dengan aturan di atas kanvas dan dua demensional, ia menganjurkan untuk melakukan inovasi disegala bidang. Akibatnya, banyak karya antara tahun 1970 sampai 1980-an yang menunjukan sepirit eksplorasi itu, sepertti penggunaan berbagai material seperti besi, kaca, kayu, pasir, batu, kertas, dan lain-lain . Eksplorasi baru pada sesuatu yang belum pernah dilakukan orang, berbeda, dan dapat memberikan nilai kebaruan, maka saat tertentu ditemukan kreativitas dengan hasil yang besar dan berdaya guna.
Ada beberapa cara untuk mencari orang yang kreatif itu, yakni dari dunia pendidikan, kelompok sanggar, dan masyarakat. Sebenarnya dunia pendidikan memiliki berpotensi membangkitkan kreativitas, namun tidak semua aktivitas pendididikannya banyak membangkitkan krativitas anak didiknya. Pengelolaan otak kanan dan kiri masih belum dimaksimalkan. Pada hakikatnya, otak kiri mempunyai kemampuan analitis dan otak kanan kemampuan berpikir sintesis. Otak kanan memiliki kemampuan berpikir yang menyatukan bagian-bagian untuk membentuk konsep keseluruhan yang utuh secara paralel tanpa terikat oleh langkah-langkah terstruktur atas dasar ruang dan waktu. Pemanfaatan otak kanan sangat efektif untuk mengajarkan imajinasi yang menembus ruang dan waktu sehingga menjadi manusia kreatif, bukan manusia robot. Kemampuan otak memperoleh banyak informasi maka semakin banyak tantangan .
Setiap individu memiliki kreativitas dengan karakter masing-masing, namun hasil dari kreativitasnya jika tidak dikelola dengan baik, maka akan terjadi kerugian-kerugian. Dorongan kreativitas dapat dimunculkan dan dapat diyakinkan bahwa hasil kreativitasnya dapat memberikan kehidupan yang sejarahtera. Diperlukan jaringan pengeloaan hasil-hasil kreativitas itu. Dalam penemuan yang lebih spesifik maka perlindungan hak atas kekayaan intelektual (HAKI) menjadi sangat penting, namun ada beberapa kelemahan dalam pengembangan dan perlindungan desain seni kerajinan. Seni kerajinan memiliki fluktuasi tinggi, pada kurun waktu tertentu, bahkan mungkin dalam hitungan bulan dapat tercipta ratusan desain baru yang memiliki karakter trend kekinian. Ini yang membuat seni kerajinan memiliki akselerasi desain yang baik dan memiliki kelemahan perlindungan. Paradok inilah yang menjadi penyebab muramnya kreativitas industry seni kerajinan untamanya masalah desain baru. Satu sisi penghargaan terhadap para creator sangat minim, disisi lain pemenuhan desain baru bagi industry kerajinan sangat dibutuhkan. Pada bulan Juni 2011, penulis mencoba menawarkan dibentuknya sebuah institusi khusus yang menangani lalulintas kreativitas kepada pemda Daerah Instimewa Yogyakarta. Dengan institusi khusus yang beranggotakan “triple helix” atau academism, basines, and government (ABG), membentuk lalulintas kreativitas. Secara persuasive institusi ini akan mengadvokasi terjadinya kesenjangan antara creator dan industry.
Beberapa pendidkan yang secara intensif menyelenggarakan pendidikan dengan mengasah otak kanan berupa kreativitas mencipta, seperti Sekolah Menengah Kejuruan: Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR), Sekolah Menengah Kesenian Indonesia (SMKI), Sekolah Menengah Industry Kerajinan (SMIK), SMK Boga, Busana, dan lain sebagainya. Pada pendidikan tinggi dianataranya Institut Seni Indonesia (ISI), Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) dan akademi-akademi lainnya. Kreativitas dalam dunia pendidikan dapat mudah ditengarai dari hasil studi mereka, sehingga dari pendidikan untuk mendata orang yang kreatif cukup mudah. Demikian pula dari sanggar-sanggar akan mudah ditemukan orang yang kreatif pada sanggar atau kelompok kreatif itu. Dalam masyarakat umum, memang agak sulit untk memngukur kemampuan kreativitas mereka. Cara paling mudah adalah melakukan upaya identifikasi dengan cara kompetisi atau lomba kreativitas yang dapat menjaring semua unsure baik dunia pendidikan, sanggar, kelompok kreatif, individu di masyarakat.
2. Industri Seni Kerajinan Indonesia
Seni kerajinan di Indonesia merupakan salah satu industry yang banyak tumbuh dan berkembang di masyarakat. Jenis Industri ini banyak menggali potensi local, baik dari sisi bahan baku dan proses pengerjaannya. Kegiatan usaha berupa industry kecil rumah tangga (home industry) di pedesaan dalam sentra-sentra home industry di berbagai wilayah Indonesia. Umumnya, dalam penciptaan produk juga menggali budaya local, artefak, dan ketrampilan tradisional. Kegiatan usaha ini memberi added value terhadap pembangunan ekonomi masyarakat. Pemaknaan tentang pembangunan ekonomi yang pokok adalah pertumbuhan ekonomi yang berlangsung secara berkesinambungan sehingga menghasilkan transformasi structural dalam perekonomian. Pertumbannya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pengusaha/pengrajin dan Negara . Paradigma pertumbuhannya tergantung pada permintaan pasar yang ada baik pasar lokal maupun ekspor.
Selanjutnya industry ini disebut micro industry atau industry kecil dan menengah (IKM). IKM mengalami pasang dan surut sesuai dengan arus perubahan di masyarakat konsumen, umumnya mereka bermodal kecil dan ditangani dalam sebuah manajemen keluarga. Beberapa dapat mencapai pertumbuhan, namun tidak sedikit yang stagnant tanpa pertumbuhan yang berarti. Hal ini dapat dimengerti, umunya industry tradisional itu bertempat di pedesaan yang pelakunya berpendidikan remdah, dalam perkembangannya mengalami kendala-kendala, seperti pengetahuan teknologi informasi, komonikasi, market dan lain sebagainya. Demikan pula dalam inovasi produk masih terkendala dengan kemampuan mencipta diantara mereka, sebab mereka hanya mengerjakan apa yang dikerjakan oleh pendahulunya secara turun temurun. Pada hal dalam perkembangannya produk yang berbasis pada ketrampilan tangan atau handmade ini banyak disukai konsumen manca Negara. Banyak bermunculan industry menegah yang memanfaatkan keunikan industry kecil ini. Saat krisis ekonomi 1998 industri seni kerajinan mampu bertahan dengan baik, sebab bahan pokok dan tenaga kerja semua diperoleh dari dalam negeri, apalagi perbedaan mata uang, dimana nilai rupiah turun terhadap USD, sehingga ekspor kerajinan kala itu meningkat tajam. Sampai akhirnya tahun 2008, saat krisi global melanda dibeberapa belahan dunia membuat kondisi eksport menurun, industry seni kerajinan yang telah sekian lama dininabobokan dengan manisnya pasar ekspor, sekarang harus berjuang lebih keras untuk mempertahankan pasar tersebut. Ditambah nilai mata uang Indonesia terus meningkat sehingga para buyer merasa semakin mahal harga seni kerajinan dari Indonesia. Hanya produk-produk yang memiliki daya kreativitas saja yang dapat diterima dipasar global.
Kantong-kantong sebagai sentra industry seni kerajinan di Indonesia talah menjadi salah satu basis ekonomi kerakyatan. Di Yogyakarta misalnya, kantong industry kerajinan menyebar hampir diseluruh wilayah ini. Kasongan sebagai sentra industry seni kerajinan keramik, produknya telah banyak di ekspor ke manca Negara terutama Australia, Belanda, Perancis, Italia, Jerman, Korea, Jepang, dan beberapa Negara di Karibian. Wilayah Kasongan mampu mengembangkan variasi keramik yang unik sesuai trend yang berkembang di dunia yang berkembang di dunia. Bahkan Kasongan telah menjadi meteor yang menarik bagi pasar seni kerajinan di Indonesia ditandai banyak artshop yang dikelola oleh pengusaha/pengrajin diluar Kasongan dengan produk non-keramik. Di Desa Krebet Pajangan Bantul dengan sentra industry kayu batik yang juga banyak diminati produknya oleh konsumen Perancis, Itali, dan Belanda. Batik Imogiri, wayang kulit Pucong dan Gentheng Bantul. Gamplong dengan industry tenunnya yang banyak diminati pasar dalam dan luar negeri. Topeng hias Putat Gunungkidul, dan sentra-sentara baru yang muncul sebagai turunanannya. Ditambah lagi munculnya beberapa industry seni kerajinan yang dikelola oleh para expatriates, mereka memiliki banyak mitra binaan diseluruh wilayah Yogyakarta dan sekitanya. Keadaan seperti ini juga berkembang diseluruh sentra seni kerajinan di Indoensia. Propinsi Bali adalah yang paling besar industry seni kerajinannya, sebab sangat dekat dengan pasar dengan maraknya industry pariwisata di Bali. Produk seni kerajinan yang dihasilkan adalah cinderamat, kerajinan kayu, batu, logam, keramik, dan lain sebagainya. Banyak berkembang perusahaan trading seni kerajinan yang berkantor di Bali.
3. Peluang Eksport Seni Kerajinan Indonesia
Masih banyak peluang ekspor dapat diraih seni kerajinan pada perdagangan global, menurut data Word Trade Organization dari nilai keseluruhan 6,155 trilliun USD kebutuhan dunia, Indonesia pada tahun 2001 hanya baru bersaing pada nilai 56,3 Milliar USD. Data BPEN untuk seni kerajinan nilai ekspor 465,1 juta USD. Ekspor nonmigas sementer 1 2011 mencapai US$ 79,1 milliar USD, meningkat 33,2 persen dibanding priode yang sama tahun 2010. kinerja ekspor di semester pertama ini memperkuat optimisme tercapainya ekspor secara total sebesar US$ 200 milliar USD tahun 2011 . Paling banyak didominasi seni kerajinan kayu dan rotan, aneka kerajinan dan kerajinan logam. Memang beberapa Negara Eropa, Australia, Korea, Jepang, dan lainnya masih menjadi tujuan utama konsumen seni kerajinan. John Naisbitt pernah mempridiksi bahwa suatu saat Negara-negara barat lebih banyak memerlukan Negara timur dari pada timur memerlukan barat , namun peluang Indonesia dalam meraih pasar itu tentu bersaing ketat dengan Negara-negara sejenis lainnya seperti Cina, Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Dengan kekayaan alam yang spesifik, ketrampilan tradisi, dan ketrampilan tangan para pengrajinnya telah menjadi andalan ekspor seni kerajinan Indonesia.
Dalam dasa warsa mendatang ekspor seni kerajinan masih menjadi salah satu komodite yang menarik. Oleh karena itu, diperlukan promosi dan melakukan market research. Sebagai contoh, orang Eropa lebih suka dengan syle, pattern and design, mereka memiliki budaya sendiri yang tentu harus kita diikuti sesuai dengan trend mereka. Orang Eropa sebenarnya masih berpola pada konsep tradisional ala mereka, berbeda orang Amerika yang lebih moderat dapat menerima pembauran dalam style, pattern, and design itu . Trend desain menjadi bagian yang sangat penting dalam market research guna membuat produk baru yang dapat diterima pasar. Hasil produk seni kerajinan memiliki perubahan begitu cepat secepat perubahan mode dunia. Sebagai kebutuhan pelengkap unterior, seni kerajinan bergerak mengikuti life style masa tententu. Untuk menangkap pasar yang demikian, maka diperlukan kreativitas-kreativitas yang terwadahi dalam research and development (R&D). Bagi para pengrajin yang telah memiliki manajemen yang baik umumnya mereka memiliki bagian R&D, namun bagi pengrajin kecil yang banyak tersebar di seluruh Indonesia sangat jarang yang memiliki devisi ini. Oleh karena itu, diperlukan lalulintas kreativitas untuk menjaring manusia- manusia kreatif yang akan menciptakan produk baru dan dapat menyelesaikan persoalan desain sesuai pasar dalam bersaingan global.
Untuk memenangkan persaingan itu dipayakan antara produksi dan pasar dapat seimbang, maka diperlukan system produksi yang baik dan promosi. Ada beberapa cara promosi, yakni melalui pameran, internet, konsinyasi, dan lainnya. Pameran nasional dan internasional adalah pola yang paling sering diikuti para pengusaha/pengrajin Indonesia. Ada beberapa event penting sebagai ajang ekspor seni kerajinan potensial antara lain, Trade Ekspo Indonesia (TEI), International Furniture & Craft Fair Indonesia (IFFINA), The Jakarta International Handicraft Trade Fair (NACRAFT), Pameran Resources of Indonesian Craft (CRAFINA) dan Indonesia Craft (ICRA) 2010. Pameran itu memamerkan berbagai produk kerajinan dari berbagai bahan seperti keramik, kayu, perak, dan lainnya. Masih banyak lagi, pameran yang diadakan di dalam negeri berskala internasional.
Agenda pameran di luar negeri banyak diselenggarakan seperti Ambiente Germany, Milan Fair, American Gift Show, dan lain-lain. Ajang promosi melalui pameran umumnya menjadi andalan para pengusaha/pengrajin. Apalagi banyak bantuan dari kemitraan dengan perusahan terutama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Peraturan Menteri Negara BUMN No.: Per-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan . Pameran atas bantuan PKBL sebagai salah satu wujud pengembangan IKM dengan pemberian pinjaman modal dan program pameran. Hal ini sebagai Corporate Social Reasonability (CSR) dari perusahaan BUMN tersebut.
4. Lalulintas Kreativitas Seni Kerajinan
Pada hari kamis 23 Juli 2011, penulis diundang dalam acara pembahasan penelitian tentang perumusan kebijakan perekonomian daerah melalui Biro Perekonomian dan SDA Setda Provinsi DIY, tentang analisa pola pembinaan dan pengembangan industry kreatif di Provinsi DIY. Dasar instruksi presiden RI no. 6 tahun 2009 tentang pengembangan ekonomi kreatif. Industri kreatif di beberapa Negara maju dapat memberikan kontribusi perekonomian bangsanya. United Kingdom misalnya, sumbangan industry kreatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 7,9% dengan pertumbuhan 9%, New Zeland sumbangan industry kreatif terhadap PDB -nya adalah 3,1 %. Pada tahun 2006 Indonesia rata-rata kontribusi industry kreatif Rp. 104,638 trilyun atau 6,3 persen terhadap PDB Indonesia dan mampu menyerap tenaga kerja 5,4 juta orang. Ada 14 sub sector industry kreatif yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai fokuls pengembangan ekonomi kreatif sampai tahun 2025, yakni periklanan, arsitektur, pasar seni & barang antik, kerajinan, desain, desain fesyen, video film & fotografi, permainan interaktif, music, seni pertunjukan, penerbitan&percetakan, layanan computer & piranti lunak, televise & radio, dan reset & pengembangan . Pada pemaparan hasil research itu, pola pembinaan mengacu pada industry sebagai produsen saja, belum menyentuh para creator-nya. Desainer sebagai creator seni kerajinan di Indonesia belum dianggap penting, sehingga inovasi kreatifitas mencipta produk seni kerajinan telah menjadi persoalan antara desainer dan industry produsen. Desainer merasa dirugikan atas ulah para produsen yang mereproduksi hasil karyanya. Pada kesempatan itu pula penulis memberi masukan agar dibentuk sebuah institusi khusus menangani persoalan hasil kreativitas ini, dengan membentuk Dewan Lalulintas Kreatifitas (DLK). DLK beranggotakan dari unsure akademisi, pengusaha, dan pemerintah (triple helix).
Sebagai pembanding bahwa Negara Vietnam dalam beberapa pameran internasional home accessories yang penulis amati, selalu menampilakn karya para desainernya. Seperti hasil para desainer Negara itu yang dipamerkan dalam sebuah pameran perdagangan dunia sebesar Abiente Frankfurt Jerman pada bulan Februari 2007. Desainer benar-benar diberi ruang ekspresi, untuk menampilkan karya yang kreatif dan inovatif. Setiap desainer diberi ruang 5x10 merter untuk mendisplay produk ciptaannya. Layaknya pameran tunggal, masing-masing desainer men-display dengan baik pada tiap booth yang mereka tempati, tata lampunya pun baik, juga dilengkapi dengan curriculum vitae, foto diri seniman, dan katalog. Penulis mencoba mencari tahu ternyata peran pemerintah Vietnam cukup besar dalam mengolaborasikan antara desainer yang kreatif dengan pihak pengerajin. Desainer menciptakan desain baru beserta prototype-nya dan pihak pengusaha/pengrajin berperan untuk follow up tiap produk yang mendapat respons buyer ketika bertransaksi dan memesan. Antara desainer dan pihak pengusaha/pengrajin sama-sama mendapatkan keuntungan: desainer memperoleh pembagian keuntungan dalam bentuk royalty dan pihak pengusaha/pengrajin mendapatkan keuntungan dengan adanya order yang berarti ada pekerjaan dalam usaha mereka. Desainer pun dapat mengekspresikan ide-idenya dalam membuat karya, juga menumbuhkan kepercayaan dari para desainer bahwa pekerjaan sebagai craft designer merupakan pekerjaan yang menguntungkan. Pihak pemerintah juga mendapatkan keuntungan tersendiri, terutama dari pajak penerimaan negara.







Gambar: Proses kerjasama antara desainer dan pengrajin (Timbul Raharjo, 2011)

Desainer pun akhirnya memiliki kepekaan yang baik dalam membaca pasar dari gejala-gejala yang dilihatnya.Di samping itu dapat pula mengombinasikan antara seni tradisi dengan seni modern sehingga membantu para pengrajin membuat produk yang memenuhi kebutuhan home accessories rumah modern saat ini . Dalam menindaklanjuti pekerjaan produksi, pihak pengusaha/pengrajin perlu memperhatikan agar memiliki teknologi yang baik dalam membuat produk seni kerajinan sehingga menjadi produk massal guna memenuhi permintaan para buyer untuk diperdagangkan ke manca negara.
Oleh karena itu, antara desainer dan pengusaha seni kerajinan jika digabungkan akan memiliki kekuatan yang dahsyat. Kekuatan inilah yang menjadi andalan bagi produk kerajinan dari Indonesia untuk memenangkan pertarungan dalam perdagangan kerajinan di pasar global. Seperti apa yang dilakukan oleh para desainer dari Vietnam. Mereka dapat bersatu dengan pengrajin. Hal itulah yang membuat Vietnam sejak tahun 2005 menjadi meteor baru untuk produk kerajinan. Menurut Mr. Enrico, produk negara Vietnam memiliki keunikan tersendiri dan juga memiliki harga yang kompetitif . Beberapa saat lamanya, dalam lima tahun, Vietnam menjadi idola para buyer yang juga sering berkunjung ke Indonesia. Pelajaran tentang negara Vietnam menurut penulis menjadi satu model pembinaan bagi para desainer dan pengrajin untuk dapat berkolaborasi dalam suatu kerjasama yang saling menguntungkan. Keuntungan dari pihak desainer maupun dari pihak pengrajin adalah pada aspek pengembangan usaha yang bisa menjadi lebih baik. Desainer pun dapat berekspresi dan memberi arah pada pertumbuhan dinamika kerajinan terutama pada konteks penciptaan produk baru.
C. Penutup
Memang, selama ini antara dunia seni kerajinan dan kerajinan secara formal jarang sekali dikelola secara baik agar memiliki hubungan yang saling menguntungkan. Perlindungan atas Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dirasa masih belum mampu mengatasi persoalan ini. Banyak desainer yang enggan berhubungan dengan para pengusaha kerajinan yang dikhawatirkan akan siap menyaplok kreativitasnya. Desainer merasa dirugikan. Beberapa desain yang diciptakan kemudian direproduksi oleh pengusaha itu tanpa memberikan imbalan yang layak terhadap para desainer. Hal inilah yang menjadi jurang pemisah antara desainer dan pengusaha. Memang, salah satu penyebabnya adalah pola pikir yang sangat berbeda. Desainer lebih berkonsentrasi pada kemampuan kesenimanannya untuk menciptakan produk baru yang sama sekali tidak mempedulikan pasar. Sementara, pengusaha orientasinya adalah keuntungan sehingga desain yang tercipta selalu dikaitkan dengan wacana pasar. Bagi pengusaha, produk yang bagus adalah produk yang laku dijual sementara bagi desainer produk yang bagus adalah memenuhi kriteria basic design dan kesesuaian dengan idealisme.
Peran dari berbagai lembaga swasta maupun pemerintah seperti pengrajin, desainer, perguruan tinggi, pemerintah, maupu pihak swasta lainnya sangatlah diperlukan dalam lalulintas kreativitas. Menurut penulis, bentuk pola kerjasama semacam itu sangat mungkin dilakukan di Indonesia. Hanya saja, sebagian dari pemangku otoritas belum begitu sadar soal pentingnya para kreator seni kerajinan untuk diberi peluang menampilkan hasil kreativitas dan inovasi seni kerajinan terbaru mereka. Peran DLK seperti yang penulis sarankan sebagai institusi yang betugas untuk member pelayanan terhadap terjadinya tindak kecurangan terhadap perlakukan desain baru, DLK akan memberikan advokasi secara persuasive, dengan cara damai dan di cari jalan terbaik.

D. Kepustakaan
Ahmad Erani Yustika, Perekonomian Indonesia: Satu Dekade Pascakrisis Ekonomi, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, (BPFE-UNIBRA), Malang 2007.
Ambar Tegus Sulistiyani, Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan, Penerbit Gaya Media, Yogyakarta, 2004.
Amir MS, Eksport Impor: Teori dan Penerapannya, Penerbit PPM, Jakarta, 2005.
“Analisa Pola Pembinaan dan Pengembangan Industri Kreatif di Provinsi DIY”, Biro Administrasi dan Perokonomian dan Sumber Daya Alam Setda Provinsi DIY, 2011.
Design Meet Artisan” Craft Revival Trust, Artesanfas de Columbia S.A., Unesco, 2005.
Chernow, Fred B., (Alih Bahasa: Rina Buntaran), The Sharper Mind, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002.
Djamin, Zulkarnain, Dampak Globalisasi Terhadap Ekonomi dan Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1994.
Enrico Vacetti, importir dari Karu, Milano, Italia. Wawancara pada tanggal 20 November 2008 di Kasongan Yogyakarta.
http://pkbl.bumn.go.id
http://www.kemendag.go.id
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008.
Naisbitt, John (terj.Danan Priatmoko dan Wandi S Brata),Megatrends Asia: Delapan Megatrend Asia yang Mengubah Dunia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995.
Panter, Barry (ed.), Creativity & Madness: Psychological of Art and Artists, Aimed Press, American Institutte of Medical Education, Burbank, 199.
Sugeng Bahagijo dan Darmawan Triwibowao, “Globalisasi, Defisit pengetahuan, dan Indonesia”, Komisi Negara, Jentera: Jurnal Hukum, Edisi 12-tahun III, April-Juni 2006.
“The Highlight: Dari Medium Ke Transmedia”, Katalog: Pameran Besar seni Rupa, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Jogja Nasional Musium 20-30 Desember 2008.
“Transaksi Pameran Produk Ekspor 2007 Capai 140,36 Juta Dolar”, Harian Prlita, 27 Oktober 2007.


Biodata
Timbul Raharjo lahir di Bantul Yogyakarta 08 Nopember 1969, sejak 1993 menjadi staf pengajar Jurusan Kriya Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Tahun 2008, menyelesaikan program S-3 pada Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Disamping kegiatan harian mengajar, juga menjadi pembicara pada kegiatan yang terkait dengan seni kriya dan kerajinan. Juga aktif mengikuti pameran-pameran seni rupa baik dalam maupun luar negeri. Tahun 2007 menjadi salah satu penerima anugerah penghargaan UPKARTI dari Presiden Republik Indonesia.

SENI RUPA KONTEMPORER

Kata Wassily Kandinsky, ketika menyebut depose untuk kecantikan batin adalah semangat keinginan dan kebutuhan spiritual merupakan aspek sentral dalam seni. Meskipun untuk memuja seni abstrak, namun maknanya memberi pemahaman mendalam atas gaya seni sampai saat ini. Refleksi bentuk dan warna pada wujud karya seni, menghasilkan sebuah pemahaman. Mata merupakan alat perekam utama yang baik, hangat, tenang, dan bahkan dingin. Sensasi optic itu bersifat sementara ketika transfer artistic menggetarkan reaksi memori yang diamini diseluruh tubuh. Maka, itu hanyalah sebuah superficial dari efek karakter karya seni, terkadang tidak meninggalkan kesan abadi, namun sensasi-sensasi terpatri dalam jiwanya. Nyatalah sensasi itu muncul dari karya seniman yang kreatif berkarakter, bercap, maupun berjulukan. Termasuk menelaahan terhadap perubahan zaman yang makin suntuk dengan berbagai persoalan atas perubahan modernisasi, tak pelak menjadi bahan kreatifitas itu, seperti pada perkembangan seni kontemporer yang banyak berbicara tentang kekinian. Adalah sebuah persepsi budaya menyeluruh terhadap pola pikir budaya yang pro terhadap kecenderungan keberagaman yang mutlak mendorong pluralism, muncul berbagai aliran seni yang merespon terhadap seni modern menumbuhkan seni kontenporer yang bahkan lebih modern.
Praktik seni kontemporer kemudian termaknakan sebagai dihilangkannya berbagai kecenderungan artistic yang ditandai dengan makin abu-abunya batas antar disiplin seni. Oleh karenanya, intervensi disiplin ilmu sains dan social dicetuskan sebagai pengetahuan popular atau mamanfaatkan teknologi mutakhir itu. Bahkan presentasi seni kontemporer lepas dari sekat ruang dan waktu. Universalitas dalam seni kontemporer menunjukan ragam sentuhan seni, bahkan melebihi gaya-gaya modern seperti pop art dan seni konseptual. Penggalian konsepsi berkarya dengan karakter nyleneh sebagai upaya strategi propaganda, yakni seperti dorongan oleh isu-isu social, penyakit masyarakat, minoritas, homoseksualitas, aid, teroris, feminimesme, perang, korupsi, politik busuk, global warming, dan lain sebagainya. Eksplorasinya berkecenderungan mengkombinasi berbagai equipment dan material, seperti memanfaatkan teknologi madern, seni media atau seni digital sebagai penyemangat eksplanasinya. Bahkan penciptaan karya lukis, patung, dan kriya banyak dijumpai berinstalasi dalam penyajiannya. Hal ini sebagai upaya penguasaan ruang saji, efek dramatisasi, adaptasi materi, dan inovasi dari sebuah projek seni.

CONTEMPORARY ART

Wassily Kandinsky said, when called to depose inner beauty is the passion and desire spiritual needs is a central aspect in art. Although for the worship of abstract art, but it means giving in-depth understanding of the art style to this day. Reflections on the shape and color in the form of artwork, generate an understanding. Eyes are the primary recording device is good, warm, calm, and even cold. Optical sensation is temporary when the transfer reaction thrilling artistic memory that echoed throughout the body. Thus, it is only a superficial character of the effect of works of art, sometimes does not leave a lasting impression, but the sensations imprinted in his soul. It is obvious that the sensation arises from the work of creative artists in character, stamped, or nicknamed. Including an understanding of the changing times which increasingly borne by the various problems of modernization changes, no doubt the subject of creativity that, as in the development of contemporary art that a lot of talk about the present. Is a comprehensive cultural perceptions of the cultural mindset of the pro-diversity trend that is absolutely encourage pluralism, emerged various schools of art that respond to modern art art kontenporer foster an even more modern.
Contemporary art practice and then referred to as the removal of various artistic tendencies characterized by increasingly gray boundaries between artistic disciplines. Therefore, intervention and social science disciplines was initiated as a popular knowledge or using the latest technology. Even the presentation of contemporary art out of bulkhead space and time. Universality in a variety of contemporary art shows a touch of art, even more than modern styles such as pop art and conceptual art. Excavation work conception with different characters as a means of propaganda strategy, which is like a push by social issues, society's ills, minorities, homosexuality, aid, terrorists, feminimesme, war, corruption, bad politics, global warming, and so forth. Exploration tended to combine a variety of equipment and materials, such as utilizing madern technology, digital media art or art as an encouragement explanations. Even the creation of works of painting, sculpture, and crafts are often found installed in its presentation. This is an effort to control the space-food, the effects of dramatization, adaptation of materials, and innovation of an art project.