Jumat, 25 November 2011

SENI RUPA KONTEMPORER

Kata Wassily Kandinsky, ketika menyebut depose untuk kecantikan batin adalah semangat keinginan dan kebutuhan spiritual merupakan aspek sentral dalam seni. Meskipun untuk memuja seni abstrak, namun maknanya memberi pemahaman mendalam atas gaya seni sampai saat ini. Refleksi bentuk dan warna pada wujud karya seni, menghasilkan sebuah pemahaman. Mata merupakan alat perekam utama yang baik, hangat, tenang, dan bahkan dingin. Sensasi optic itu bersifat sementara ketika transfer artistic menggetarkan reaksi memori yang diamini diseluruh tubuh. Maka, itu hanyalah sebuah superficial dari efek karakter karya seni, terkadang tidak meninggalkan kesan abadi, namun sensasi-sensasi terpatri dalam jiwanya. Nyatalah sensasi itu muncul dari karya seniman yang kreatif berkarakter, bercap, maupun berjulukan. Termasuk menelaahan terhadap perubahan zaman yang makin suntuk dengan berbagai persoalan atas perubahan modernisasi, tak pelak menjadi bahan kreatifitas itu, seperti pada perkembangan seni kontemporer yang banyak berbicara tentang kekinian. Adalah sebuah persepsi budaya menyeluruh terhadap pola pikir budaya yang pro terhadap kecenderungan keberagaman yang mutlak mendorong pluralism, muncul berbagai aliran seni yang merespon terhadap seni modern menumbuhkan seni kontenporer yang bahkan lebih modern.
Praktik seni kontemporer kemudian termaknakan sebagai dihilangkannya berbagai kecenderungan artistic yang ditandai dengan makin abu-abunya batas antar disiplin seni. Oleh karenanya, intervensi disiplin ilmu sains dan social dicetuskan sebagai pengetahuan popular atau mamanfaatkan teknologi mutakhir itu. Bahkan presentasi seni kontemporer lepas dari sekat ruang dan waktu. Universalitas dalam seni kontemporer menunjukan ragam sentuhan seni, bahkan melebihi gaya-gaya modern seperti pop art dan seni konseptual. Penggalian konsepsi berkarya dengan karakter nyleneh sebagai upaya strategi propaganda, yakni seperti dorongan oleh isu-isu social, penyakit masyarakat, minoritas, homoseksualitas, aid, teroris, feminimesme, perang, korupsi, politik busuk, global warming, dan lain sebagainya. Eksplorasinya berkecenderungan mengkombinasi berbagai equipment dan material, seperti memanfaatkan teknologi madern, seni media atau seni digital sebagai penyemangat eksplanasinya. Bahkan penciptaan karya lukis, patung, dan kriya banyak dijumpai berinstalasi dalam penyajiannya. Hal ini sebagai upaya penguasaan ruang saji, efek dramatisasi, adaptasi materi, dan inovasi dari sebuah projek seni.

Tidak ada komentar: